$gkate="Artikel"; ?> ArtikelSelasa, 28 Agustus 2012 SEPATU YANG BERLUBANG
Pdt. A. Letlora
Peneguhan sidi adalah peristiwa yang istimewa bagi keluarga maupun bagi katekisan. Peneguhan sidi menjadi tanda bahwa seseorang sudah dianggap cukup dewasa dalam hal iman kepada Yesus Kristus. Maka sudah menjadi tradisi bahwa disetiap ibadah peneguhan sidi ada perbedaan yang menyolok. Semua katekisan akan memakai baju sidi warna putih dengan penampilan yang tidak biasa.
Para sidiwan dan sidiwati akan berjalan memasuki gedung gereja dalam kilauan cahaya kamera yang sudah dipersiapkan. Juru foto akan kesana dan kemari untuk mengambil sudut yang tepat.
Peristiwa ini terjadi di bulan Oktober 1985, seorang pemuda memasuki gereja dengan hati gembira sekalipun tidak ada kilauan kamera sebab tidak ada seorangpun anggota keluarga yang hadir. Jangankan baju baru, untuk kolekte saja disakunya hanya ada lembar seribuan sebanyak 10 lembar yang pagi-pagi sudah diseterikanya.
jika yang lain didampingi oleh orang tua maka pemuda itu hanya didampingi oleh ayahnya. Ibu-nya tidak dapat hadir sebab tidak ada biaya.
Dan kue sang ibu yang dibungkus dengan kertas sampul warna coklat yang dibawa oleh sang ayah. Kembali ke ibadah peneguhan, semua berjalan lancar sampai ketika sang pemuda harus berlutut ... sang ayah yang berdiri dibaris belakang berkata kepada seseorang disebelahnya " itu anak saya ". Orang itu bertanya dengan heran sebab melihat seorang pria yang berdiri diam sambil meneteskan air mata " bagaimana bapak tahu itu anak bapak ?", dengan tersenyum sang ayah menjawab " sebab ketika dia berlutut, sepatunya berlubang dan lubang itu cukup besar untuk bisa dilihat ".
Sepatu yang berlubang di peneguhan sidi menjadi sangat istimewa.
Ketika ibadah selesai, dan semua pulang dengan sukacita, ayah - anak ini menikmati kue yang dibawa, dipinggir jalan kota jogjakarta dekat alun-alun.
Pemuda itu sudah 22 tahun menjadi pendeta, namun kisah ini tetap tersimpan dalam hati. Ayahnya sudah meninggal, ibunya sudah lanjut usia, tetapi kue dan lembaran seribu yang menjadi uang kolekte tetap menjadi kenangan indah.
Pemuda itu adalah saya sendiri, dan ayah itu adalah ayah saya, ibu pembuat kue itu adalah ibu saya.
Tulisan ini ditujukan kepada setiap anak, hormati ayahmu dan ibumu, maka berkat Tuhan tidak pernah surut darimu.
Tulisan ini ditujukan untuk setiap orang tua, jerih lelahmu didalam Tuhan tidak sia-sia.
Selama 22 tahun kisah sepatu yang berlubang tetap segar sebab setiap kali melayani ibadah peneguhan sidi, setiap kali juga saya diingatkan tentang sepatu yang berlubang.
terimakasih Tuhan untuk orang tua yang luar biasa.
Pdt. Alexius Letlora D.ThPendeta di GPIB Jemaat “Maranatha” Surabaya Arsip : Arsip ..
Sub Kategori : Last Searches:
Kategori Utama: Artikel (52), Catatan Refleksi (84), Download Materi (2), Khotbah (283), Photo Keluarga (43) |